Memilih bentuk institusi untuk magang tentu tak lepas dari beragam pertimbangan. Ada yang memilih magang di lembaga non-pemerintah alias NGO karena dirasa memiliki budaya kerja yang lebih demokratis serta dapat turun langsung ke masyarakat. Nyatanya, mempelajari budaya kerja di lembaga pemerintah juga bisa jadi pilihan. Berhadapan langsung dengan para pembuat kebijakan bisa jadi pengalaman yang tak kalah seru dan sayang untuk dilewatkan. Penasaran seperti apa gambaran magang di lembaga yang konon terkesan formal? Berikut serba-serbi magang di lembaga pemerintah yang sempat dirasakan langsung oleh mahasiswa Fisipol UGM.
1. Memperkaya sudut pandang
Kamu sudah semester berapa, sekarang? Sudah berapa mata kuliah yang kamu ambil? Seberapa sering kamu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang lantas kamu tuangkan dalam tugas-tugasmu? Sebagai mahasiswa Fisipol, bersikap kritis terhadap kebijakan yang ada tentu merupakan hal yang amat lumrah. Eva Jessica, mahasiswa Ilmu Komunikasi angatan 2012 yang berkesempatan untuk magang di bagian monitoring dan analisa media Kementrian Sekretariat Negara (Kemensetneg) pun mengakui hal ini. Dengan magang di Kemensetneg, Eva mengaku bisa lebih memahami sudut pandang para pembuat kebijakan.
2. Serius tapi santai
Konon iklim kerja di lembaga pemerintahan cenderung serius. Benarkah begitu? Rupanya tak sepenuhnya benar. Rivi Ulfa Aulia, mahasiswa Ilmu Politik dan Pemerintahan tahun 2013 yang sempat magang di Komisi 1 DPR RI merasa bahwa ambience kerja yang dia rasakan cenderung menyenangkan. Meski serius, namun tetap santai karea atasan-atasan yang sangat membantu serta memberikan insight baru. Dengan mencoba magang di lembaga pemerintah, kamu justru bisa membuktikan hal ini.
3. Tetap bisa bersosialisasi dengan masyarakat
Magang di lembaga pemerintah bukan berarti kamu sekadar berinteraksi dengan birokrat saja. Apabila kamu memang lebih suka untuk terjun langsung ke masyarakat, kamu bisa memilih lembaga serta divisi yang sesuai dengan passionmu. Sebagai contoh, kamu bisa lagsung bersosialisasi dengan mereka yang sudah tidak lagi menjadi TKI apabila kamu berada di bagian Pemberdayaan TKI Purna.
4. Skripsi karya
Kamu sudah dengar tentang skripsi karya, kan? Jadi, untuk beberapa departemen di Fisipol, magang memang bisa dijadikan sebagai pengganti skripsi konvensional. Cocok buat kamu yang ingin memahami dunia kerja sekaligus menunaikan tugas sebagai mahasiswa akhir. Hal ini sudah dibuktikan oleh Assumpta Hangganararas, mahasiswa Sosiologi angkatan 2012. Raras sempat dua kali magang di lembaga pemerintah yaitu Badan Badan Nasional penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jakarta di Divisi Human Resource di Strategic Management Office dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Yogyakarta pada Divisi Perlindungan dan Pemberdayaan TKI Purna. Kebetulan, salah satu bentuk skripsi karya di departemen Sosiologi adalah magang di institusi pemerintah di bagian pemberdayaan masyarakat. Kesempatan untuk magang di BP3TKI, khususnya pada bagian pemberdayaan TKI, memang dinilai memenuhi syarat tersebut. Khusus untuk poin ini, kamu bisa tanyakan lebih lanjut ke departemenmu masing-masing, ya. (Uci)